Mendakwahkan Tauhid, Menebarkan Sunnah

Posts tagged ‘nama nama yang baik’

Tauhid kan Allah!

Ternyata masih ada orang yang menyangsikan keshahihan klasifikasi tauhid menjadi tiga; Tahuid Rububiyah, Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Asma’ was Sifat, bahkan ada yang mengingkarinya. Parahnya, dia menyamakan klasifikasi tauhid ini dengan aqidah trinitas Nasrani. Padahal pembagian tauhid menjadi tiga merupakan klasaifikasi syar’i, didukung nash-nash syar’i dan diakui para ulama mu’tabar. Tokoh para pengikar itu adalah seorang jahmi (penganut madzhab Jahmiyah) yang menamakan dirinya Hasan bin Ali As Saqqaf.  Dialah yang menyamakan klasifikasi dengan trinitas. Suatu keanehan yang jarang ditemukan padanannya sekaligus menunjukkan dirinya sebagai orang yang jahil dan wujud sikap tidak senonoh terhadap nash syar’i dan para ulama, Allohul Musta’an.

Macam-macam Tauhid

Tauhid Rububiyah yaitu pengakuan bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu, Pemilik, Pencipta dan Pemberi rizki, Allah adalah Dzat Yang  Menghidupkan, Mematikan, Pemberi manfaat, Penimpa kemadharatan, Yang berhak mengabulkan do’a dan Pemilik seluruh urusan. Seluruh kebaikan di tangan-Nya, Berkuasa atas segala sesuatu, tidak memiliki sekutu satupun pada semua hak-hak-Nya. Termasuk dalam Tauhid ini adalah Iman kepada takdir.

Tauhid Asma was Sifat yaitu pengakuan bahwa Allah Maha Tahu, Berkuasa atas segala sesuatu, Maha Hidup, tidak ditimpa kantuk dan tidur. Pemilik kehendak yang pasti terlaksana dan hikmah yang mendalam. Maha Mendengar, Melihat, Pengasih dan Penyayang. Dia Raja, Yang Maha Suci, Yang mengaruniakan keselamatan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang memiliki sifat sombong, Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan, dan nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia lainnya. Kita harus mengimani nama-nama dan sifa-sifat ini dengan kuat, tidak boleh mentahrif (menyelewengkan), ta’thil (meniadakan), takyif (menggambarkan) dan tamtsil (menyerupakan).

Tauhid Uluhiyah, dibangun di atas keikhlasan beribadah kepada Allah, baik dalam mahabah (kecintaan), takut, harapa, tawakal, raghbah (takut semuanya harus ditunjukan kepada Allah. Tauhid ini dikandung oleh Firman-Nya;

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (Q.S.Al-Fatihah:4).

Tauhid ini merupakan permulaan dan akhir agama, isi dan lahir agama, dakwah yanag pertama kali diserukan para rasul dan dakwah yang paling akhir. Tauhid ini adalah makna Lailah Illalah, sebab ilah artinnya ma’luf (sesembahan), disembah dengan penuh kecintaan, rasa takut, pemuliaan dan pengagungan. Makhluk diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan untuk merealisasikkan tauhid ini. Tauhid ini memisahkan antara orang mukmin dan kafir, penduduk surga yang bahagia dan penduduk neraka yang celaka.

DALIL-DALILTIGA MACAM TAHUID

Dalil dan bukti tiga macam tahuid ini sangat banyak, termaktub dalam Al-Qur-an  dan Sunnah. Orang yang memiliki perhatian sedikit saja terhadap nash-nash Al-Qur-an dan As Sunnah pasti mengetahuinya. Bahkan siapapun yang hafal surat Al-Fatihah dan surat An-Naas pasti menemukan di dalamnya bukti-bukti yang sangat jelas dan mencukupi adanyan tiga macam tauhid ini.

  1. Bukti Tauhid Rububiyah

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (Al A’raf : 54)

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ قُلِ اللَّهُ

Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. (Q.S. Ar Ra’d : 16).

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat  menetap dan langit  sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebagian yang baik-baiknya. Yang demikian itu adalah Allah Rabbmu, Maha Agung Allah, Rabb semesta alam. (Q.S.Al-Mukmin:64) (Lihat juga surat Al-Mu’minun : 83-89, Az-Zumar : 6 dan selainnya).

2.                  Bukti Tauhid Uluhiyah

اْلحَمْدُ اللهِ

Segala puji bagi Alloh. (Q.S Al-fatihah: 1)

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (Q.S.Al-Fatihah: 4).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Q.S.Al-Baqarah : 21)

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي

Katakanlah: “Hanya Allah saja yang Aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”.(Q.S. Az-Zumar; 14). (Lihat juga ayat 2,3 dan 15).

3.                  Bukti Tauhid Asma Was Sifat.

الرّحمن الرّحيم

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Fatihah :2)

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

Katakanlah: “Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman  dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik). (Q.S.Al-Isra:110)

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik) (Q.S.Thaha:8). Lihat juga surat As-Syura : 11 akhir surat Al-Hasyr dll.

Ayat-ayat Mencakup Tiga Macam Tauhid

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut disembah)? (Q.S. Maryam : 65).

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan dilalah (penunjukkan) ayat tersebut, “Ayat ini mencakup pokok-pokok yang agung (mencakup tiga macam tauhid). Tauhid Rububiyah yakni Allah Rabb segala sesuatu, Penciptanya, Pemberi rizki dan pengaturnya. Tauhid Uluhiyah ibadah yakni Alloh adalah ilah, ma’bud (sesembahan). Dikarenakan rububiyah mengharuskan ibadah kepada Allah dan mentauhidkan-Nya, oleh sebab itu Alloh melanjutkan firman-Nya dengan huruf ف (fa’)     فاعبد ه . Hal ini menunjukan sebab (mengapa Dia harus diibadahi-pen). Maksudnya, (karena) Allah adalah Rabb segala sesuatu maka dia adalah sesembahan yang hak. Lantaran itu ibadahillah!.. Menunjukan kesempurnaan nama dan keagungan sifat-sifat-Nya. Tidak ada yang serupa, sepadan dan setara dengan-Nya, bahkan hanya Allah yang sempurna secara mutlak pada semua itu.” (Al-Mawahib Ar-Rabbaniyah minal Ayati Qur-aniyah hal. 44-45).

ALQURAN MENETAPKAN TIGA MACAM TAUHID

          Usai memaparkan macam-macam tauhid, Ibnul Qoyyim berkata, “Mayoritas surat-surat Al Qur-an bahkan seluruhnya mengandung dua macam tahuid ini (tauhid ma’tifat wal itsbat dan tauhid thalab wal qashad). Kesimpulannya kita katakan, sesungguhnya seluruh ayat Al Qur-an mengandung tauhid, mempersaksikannya dan mendakwahkannya. Karena Al-Qur-an itu adakalanya; (1)Informasi tentang Allah, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatanNya. Ini dinamakan tauhid ilmi al-Khabri (2) Mendakwahkan untuk beribadah kepada Allah saja dan menanggalkan semua peribadatan kepada selain-Nya. Ini dinamakan  tauhid Iradhi al-Thalabi. (3) Perintah, larangan dan kewajiban menjahui larangan-Nya  dan mantaati perintah-Nya. Ini adalah hak-hak dan penyempurnaan tauhid. (4) Informasi kemuliaan orang-orang yang bertauhid dan orang-orang yang taat, serta balasan yang mereka terima di dunia dan kemuliaan yang mereka dapat di akherat. Ini merupakan balasan tauhid (5) Informasi pelaku-pelaku kesyirikan dan adzab yang menimpa mereka  di dunia serta kesyirikan bagi meraka di akherat. Ini adalah informasi tentang orang-orang yang menyimpang dari hukum tauhid. Dengan demikian Al Qur-an seluruhnya tahuhid, hak-haknya, balasannya, informasi pelaku kesyirikan dan balasan bagi mereka. Maka الحمد الله   adalah tauhid,   رَبِّ اْلعَالَمِيْن   tauhid,   الرّحمن الرّحيم  tauhid,  مالك  يوم الدينtauhid, إياك نعبد   tauhid, وإياك نستعين tauhid,  اهدنا الراط المستقيم  tauhid, karena berupa permohonan petunjuk menuju jalan orang-orang yang bertauhid dan   غير المغضوب عليمم ولاالضالين  adalah orang-orang yang menyimpang dari tauhid.” (Madarijus Salikin 3/449-450).

PERKATAAN PARA SALAF

1.     Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit  رحمه الله(meninggal tahun 150.)

Beliau berkata dalam kitab Al-Fiqhul absath hal. 51. “Allah dimintai dari arah atas bukan dari arah bahwa karena arah bawah sama sekali tidak teramasuk sifat rububiyah dan uluhiyah.”

Ucapan beliau, “Allah dimintai dari arah atas bukan dari arah bawah” menetapkan sifat ‘uluw (ketinggian) bagi Allah. Ini termasuk tauhid asma’ was sifat, sekaligus sebagai bantahan terhadap Jahmiyah Asyairah, Maturidiyah dan golongan penafi sifat laninnya. Ucapannya ‘termasuk sifat rububiyah merupakan penetapan tauhid rububiyah dan ucapannya  ‘dan uluhiyah’ menetapkan tauhid uluhiyah.

2.     Ibnu Mandah رحمه الله

Dalam kitab At-Tauhid. Beliau meriwayatkan dari Abu Yusuf, Yakub bin Ibrahim Al-Kufi, murid Abu Hanifah, meninggal tahun 182 H berkata,  “Tauhid tidak  ditetapkan dengan kiyas (analogi). Tidakkah engkau mendengar firman Allah dalam ayat-ayat yang Allah mensifati diri-Nya dengan sifat Mengetahui, Kuasa dan Penguasa. Allah tidak berfirman, “Aku Mengetahui lagi kuasa, karena ini aku Kuasa, disebabkan itu Aku Mengetahui, dengan begitu aku menguasai. Oleh karena itu kiyas tidak diperkenalkan dalam Tauhid. Allah dikenal karena nama-namaNya dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman dalam  firman-Nya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.  (Q.S.Al-Baqarah : 21)

أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan Telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu.(Q.S.Al-A’raf: 185)

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut (Q.S Al-Baqarah :164).

Allah tidak berkata, “Perhatikan, bagaimana Aku (dinamakan) ‘Alim (Yang Mengetahui), Al-Qodir (Penguasa) dan Al-Khaliq (Pencipta), tetapi perhatikan bagaimana aku mencipta, lantas diikuti dengan firman-Nya:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ

Allah menciptakan kamu, Kemudian mewafatkan kamu (Q.S.An-Nahl: 70)

Perkataan Abu Yufuf ini juga diriwayatkan oleh Imam Abul  Qashim Isamail Al-Ashbani, meninggal tahun 535 H dalam kitab beliau Al-Hujjatu fi Bayyanil Mahajjah Syarhu wa Madzhabi Ahli Sunnah.

Syaikh Dr. Ali Al Faqihi berkata, “Abu Yusuf menyebutkan ucapan yang bagus dalam bab tauhid. Ucapan tersebut sangat nampak dalam masalah tauhid  rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat”. (Lihat catatan pinggir kitab Tauhid, Ibnu Mandah 3/310).

3.     Ibnu Jarir At-Thabari رحمه الله  (Meninggal tahun 310 H)

Ketika menafsirkan ayat

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ

Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa). (Muhammad:19).

Belia berkata, “Ketahuilah wahai Muhammad, tidak ada ilah yang patut dan layak memiliki sifat uluhiyah lantas kamu dan makhluk menyembahnya kecuali Allah. Dialah Pencipta makhluk, Penguasa segala sesuatu, semuanya mengakui rububiyah-Nya.”

4.     Imam Abu Jafar At-Thahawi  رحمه الله (meninggal tahun 321 H)

Dalam muqadimah kitabnya yang terkenal, Al-Aqidah At-Thahawiyah beliau berkata, “Ucapan kami dalam tauhid (pengesaan) Allah, dengan dilandasi keyakinan karena petunujuk-Nya, Allah adalah Esa, tiada sekutu bagi-Nya, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, tiada sesuatupun yang melemahkan-Nya dan tiada illah selain-Nya.

Ucapannya, “Tidak sesuatupun yang serupa dengan-Nya.”Mencakup tauhid asma wa sifat. Ucapan-Nya “Tiada sesuatupun yang melemahkan-Nya”adalah tauhid rububiyah dan ucapannya “Tiada illah selain-Nya” adalah uluhiyah.”

5.     Abu Hatim Muhammad bin Hibban Al-Busti (meninggal tahun 354H)

Dalam muqadimmah kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala’ beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang Esa dalam uluhiyha-Nya, Esa dalam keagungan rububiyah-Nya, yang menguasai ajal dunia ini, yang mengetahui perubahan dan keadaan alam, Yang menganugerahkan kepada mereka dan yang mengaruniakan nikmat yang melimpah kepada mereka. Dialah yang menciptakan makhluk jika menghendaki tanpa pembantu dan penolong. Mencipatakan manusia tanpa ada yang mampu menandingi. Dengan demikian berlakulah kehendak dan iradah-Nya pada makhluk….”

Dalam ucapannya ini beliau menyebutkan tiga macam tauhid: rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat.

6.     Imam Abu Abdilah Ubaidullah bin Muhammad bin Baththah Al Ukburi (meninggal tahun 387 H)

Dalam kitabnya Al-Ibanah an Syari’atil Firqatin Najiyah wa Mujanabatil Firaqil Madzmumah, berkata: Hal itu karena pokok keimanan kepada Allah yang wajib bagi makhluk menyakinkan dalam penetapaan keimanan tersebut ada tiga macam.

  1. Hamba harus menyakini rububiyah Allah supaya berbeda dengan madzab orang-orang batil yang tidak menetapkan adanya pencipta.
  2. Hamba harus meyakini uluhiyah-Nya, supaya berbeda dengan madzhab orang-orang yang berbuat syirik. Mereka menetapkan adanya pencipata tetapi disekutukan dengan  selain-Nya.
  3. Harus menyakini bahwa Allah memilik sifat yang  hanya Dialah yang memilikinya, seperti sifat megetahui, berkuasa, hikmah dan seluruh sifat yang Allah mensifati Diri-Nya dengan sifat tersebut. Hal ini karena kita mengetahui banyak orang yang menetapkan wujud Allah dan mentauhidkan-Nya dengan ucapan global namun terkadang dia menyelewengkan sifat Allah. Dengan begitu tauhidnya menjadi ternoda. Dan karena kita  mendapati Allah membicarai para hamba-Nya dengan mengajak mereka untuk meyakini tiga macam tauhid ini dan mengimaninya.

    7.     Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq

Dalam Kitabut Tauhid Wa Ma’rifati Asma’illahi Azza wa Jalla wa Sifathi alat Tifaaqi at Tafarrudi, menyebutkan macam-macam tauhid dan menyebutkan dalil-dalil yang banyak dari Al-Qur’an dan Sunnah disertai penjelasan dan uraian yang sangat baik.

Syaikh kami, Ali bin Nashir Faqihi dalam muqadimah tahqiq kitab ini berkata.  “Penulis kitab ini hidup pada abad ke empat Hijiriyah (310-395). Kitabnya mencakup tiga macam tauhid yang termaktub dalam kitab Allah. Tauhid Rububiyah,Tauhiid Uluhiyah dan Tauhid Asma  wa sifat…”

8.     Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid At-Thurthusi, (meninggal tahun 520H).

Dalam muqadimah  kitab Siraj Muluk 1/7 berkata, “Aku mempersaksikan bagi-Nya Dengan Sifat Rububiyah dan Wahdaniyah dan dengan apa yang Dia persaksikan untuk Diri-Nya berupa nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia. lantas menyebutkan tiga macam tauhid ini.

9.     Abu Abdillah Muhammad  bin Ahmad Al-Qurthubi (meninggal tahun 671 H)

Dalam Tafsirnya 1/7 ,  beliau berkata, “Allah adalah nama sesuatu yang wujud, haq yang mencakup sifat-sifat ilahiyah, tersifati dengan rububiyah dan Dialah yang memiliki wujud hakiki, tiada ilah selain-Nya.”

SYUBHAT DAN BANTAHANNYA

Syubhat: Pada halaman 3, Hasan As-Saqqaf berkata “Ini kitab yang ringkas  (maksudnya adalah buku hitam yang dia tulis dengan judul At Tandid bi Man ‘Adadat Tauhid Wa Ibhtolum Muhawwalatut Tatslits fii At Tauhid –red) dan cahaya yang menerangi. Dalam kitab ini aku bantah trinitas dalam klasifikasi tauhid menjadi tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat.

Bantahan. Tirintas adalah aqidah Nasrani yang jelek, didasarkan pada keyakinan Tuhan itu  ada tiga, yaitu tuhan bapak, tuhan anak dan ruh quddus. Aqidah ini dikafirkan Allah dalam ayat yang gamblang, firman-Nya.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al Maidah: 73-74)

Sedangkan  klasifikasi tauhid menjadi tiga; tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma was sifat, atau menjadi dua; tauhid makrifat wal itsabat mencakup tauhid rububiyah dan tauhid asma was sifat,dan tauhid irodah wat thalab, nama lain dari tauhid uluhiyah, merupakan aqidah seluruh kaum muslimin yang beriman kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, kecuali ahlul bid’ah yang sesat. Dalil-dalilnya sangat banyak.

Syubhat. Pada halaman 3 Hasan As-Saqqaf berkata, “Apalagi klasifikasi tauhid ini sama sekali tidak dikenal salaf tetapi diadakan-adakan dan baru tersiar setelah abad  ketujuh Hijriyah.

Pada halaman 6 As Saqqaf berkata, “Allah Ta’ala dalam Al Qur-an dan Nabi dalam sunannya tidak pernah menyebutkan tiga macam tauhid ini; tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma was sifat. Bahkan tidak ada satupun sahabat, tabi’in dan ulama salaf shalih yang mengucapkannya, semoga Allah meridahi mereka semua. Klasifikasi ini bid’ah zaman akhir, tercela, dimuculkan pada abad ke delapan hijriyah setelah meninggalnya nabi sekitar delapan ratus tahun. Sebelum itu tidak satupun orang yang mengucapkannya.”

Pada halaman 10 berkata, “Ibnu Taimiyahlah yang menciptakan klasifikasi tauhid menjadi uluhiyah dan rububiyah…”

Bantahan. Dalil-dalil tiga macam tauhihd ini sangat banyak, termaktub dalam Al-Qur-an dan Sunnah. Orang yang memiliki perhatian sedikit saja terhadap nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah pasti mengetahuinya.  Bahkan siapapun yang hafal surat Al-Fatihah dan Surat An-Naas pasti menemukan di dalamnya bukti-bukti yang sangat jelas dan mencukupi adanya tiga macam tauhid ini. Tidak hanya itu, klasifikasi ini merupakan hakikat syar’iyyah paling agung yang ditetapkan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalil-dalil tersebut telah disebutkan dimuka. Hampir-hampir tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang sesat dan menyimpang karena dalil-dalil tersebut sangat gamblang dan agung.

Adapun ucapannya, “Ibnu Taimiyahlah yang menciptakan klasifikasi tauhid uluhiyah dan rububiyah, tidak dikatakan oleh satupun dari kalangan ulama salaf dan  tidak munucul kecuali pada abad ke delapan Hijriyah, menunjukkan kedangkalan ilmunya, minimnya pengalaman dan pengetahuannya dengan kitab-kitab salaf, karena kitab-kitab tersebut banyak memuat tiga macam tauhid ini baik secara tegas atau sekedar isyarat. Lihat kembali perkataan para salaf di muka, itupun baru sebagian. Para ulama tersebut meninggal sebelum Ibnu Taimiyah. Perkataan mereka itu sarat dengan klasifikasi tauhid tiga  ini dengan ungkapan yang sangat gamblang. Tidak ada yang mengingkarinya keculai ahlu bid’ah, orang  yang sesat dan menyimpang.

Lantas apa yang akan dikatakan As-Saqqaf dan pendahulunya dihadapan nash-nash Ahlu Sunnah yang sangat jelas dan gamblang yang menetapkan tiga macam tauhid ini? Apakah dia akan mengatakan, “Mereka hanya mengekor madzhab Ibnu Taimiyah yang batil? Anehnya lagi As-Saqqaf mengatakan, “Ibnu Taimiyah Wahhabi”padahal Muhammad bin Abdul Wahhab dilahirkan beberapa abad setelah Ibnu Taimiyah ! Allahul Mustaan.  

ref: yayasanalhanif.or.id

Awan Tag